Prioritaskan Internasionalisasi Riset, Pasca Sarjana Undang Para Profesor Untuk Memantapkan Program Kerja

 

Raker Pascasarjana UIN Walisongo Bahas Program Kerja Prioritas 2024-2026

Semarang – Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo menggelar Rapat Kerja (Raker) untuk membahas berbagai agenda strategis, terutama terkait program kerja prioritas dua tahun ke depan. Kegiatan ini berlangsung pada 27-29 Mei 2024 di Hotel California, Bandung.

Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Muhyar Fanani, M.Ag., dan dihadiri oleh berbagai civitas akademika, termasuk sejumlah profesor dan doktor senior. Beberapa di antaranya adalah Prof. Raharjo, Prof. Sholehan, Prof. Misbah Zulfa Elizabet, Prof. Mujibatun, dan Prof. Abdul Hadi, serta Dr. Nasihun Amin, Dr. Agus Nurhadi, Dr. Muhaya, dan Dr. Muhammad Sulthon. Kehadiran para akademisi ini diharapkan dapat memperkuat 15 program kerja utama yang telah dirancang oleh Pascasarjana UIN Walisongo.

Dalam diskusi, Prof. Sholehan menyoroti pentingnya peningkatan atmosfer akademik guna mendukung kualitas riset dan publikasi internasional. Ia menekankan bahwa internasionalisasi riset tidak boleh hanya dikaitkan dengan humanisasi ilmu agama, tetapi juga harus mempertimbangkan spiritualisasi pengetahuan dan revitalisasi kearifan lokal (local wisdom). Menurutnya, ketiga elemen ini merupakan bagian dari University of Sanctuary (UoS) yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan akademik global.

Sementara itu, Dr. Muhaya menekankan pentingnya jaminan mutu dalam penelitian.

"Jaminan mutu menjadi faktor krusial dalam memastikan penelitian telah memenuhi standar akademik. Oleh karena itu, diperlukan interaksi yang lebih intens dengan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM)", ujarnya.

Di sisi lain, Prof. Misbah Zulfa Elizabet memberikan motivasi kepada peserta agar keterbatasan sumber dana tidak menjadi hambatan dalam melakukan riset berkualitas.

"Menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga riset sangat penting. Perguruan tinggi memang membutuhkan mereka, tetapi sebaliknya, mereka juga sangat membutuhkan akademisi untuk mendukung penelitian mereka", tambahnya.

Prof. Mujibatun menutup diskusi dengan menegaskan bahwa internasionalisasi riset bukan sekadar wacana, tetapi suatu keharusan. Ia mendorong seluruh civitas akademika untuk bekerja sama secara solid demi mewujudkan visi tersebut menjadi kenyataan.