LP2M UIN Walisongo Gelar Seminar Internasional tentang Peradaban Islam dan Masyarakat Plural
Semarang – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo mengadakan Seminar Internasional bertema "Exploring Islamic Culture and Civilization for a Peaceful Plural Society" pada Kamis (3/10/2024) di Teater Lantai 4 Gedung KH Saleh Darat. Acara ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Prof. Oliver Scharbrodt dari Centre for Theology and Religious Studies, Lund University, Swedia, serta Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., yang juga Ketua Senat UIN Walisongo. Seminar ini diikuti oleh lebih dari 200 mahasiswa dan dosen.
Dalam sambutannya, Dr. Anthin Latifah, M.Ag., selaku Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN Walisongo, menekankan bahwa agama telah menjadi bagian dari peradaban manusia sejak awal dan turut berkontribusi dalam perkembangannya. Ia berharap seminar ini dapat memberikan wawasan baru untuk kemajuan peradaban Islam di masa mendatang.
"Melalui seminar ini, diharapkan muncul kontribusi positif bagi perkembangan peradaban dunia, terutama dalam kejayaan Islam di masa depan," ujarnya.
Paparan Prof. Oliver Scharbrodt: Dari Tammadun ke Madaniyya
Dalam sesi pertamanya, Prof. Oliver Scharbrodt memaparkan materi berjudul "From Tammadun to Madaniyya: Progress and Civilization in the Reformist Discourse of Muhammad Abduh (1849-1905)".
Ia menjelaskan bahwa konsep Madaniyya berasal dari kata madani yang berarti beradab dan sipil, sedangkan Tammadun merujuk pada proses urbanisasi suku nomaden ke perkotaan untuk membentuk peradaban (dawla/dinasti).
Menurut Muhammad Abduh, konsep Tammadun mengalami evolusi dari identitas kesukuan (‘asabiyya) menuju nasionalisme (wataniyya). Nasionalisme ini diwujudkan dalam cinta tanah air (watan) yang mendorong masyarakat untuk berupaya mencapai kemajuan dan kesejahteraan.
Sementara itu, dalam jurnal Al-‘Urwa Al-Wuthqa, Madaniyya didefinisikan sebagai kemajuan suatu bangsa yang diperoleh melalui kepatuhan terhadap ajaran Islam.
Dari pemaparannya, Prof. Oliver menyimpulkan bahwa terdapat kesinambungan antara pemikiran jurnalistik Muhammad Abduh dengan konsep peradaban Islam dalam jurnal Al-‘Urwa Al-Wuthqa.
Paparan Prof. Abdul Djamil: Islam Jawa antara Ortodoksi dan Mistisisme
Berbeda dengan Prof. Oliver yang membahas modernisasi Islam, Prof. Abdul Djamil mengangkat topik "Javanese Islamic Manuscripts: Between Orthodoxy and Mysticism".
Ia menjelaskan bahwa Islam di Indonesia memiliki corak mistisisme yang kuat, terlihat dari tradisi mujahadah, dzikir nasional, tarekat, dan sufisme yang berkembang di kalangan masyarakat.
Menurutnya, naskah Islam Jawa dapat dikategorikan ke dalam tiga periode:
- Naskah periode awal, yang lebih menekankan unsur mistisisme Islam. Contohnya adalah primbon, naskah suluk (nyanyian spiritual), serta Serat Centini dan Cabolek yang sarat dengan ajaran tasawuf.
- Naskah tata cara peribadatan, yang menjelaskan mengenai pelaksanaan ibadah dalam Islam.
- Naskah eskatologi, yang membahas tentang peristiwa akhir zaman dan kedatangan Imam Mahdi, seperti yang terdapat dalam teks Wasiyatun Nabi.
"Naskah periode awal bercorak mistik Islam banyak memuat ajaran sufistik, sedangkan naskah eskatologi menggambarkan keyakinan masyarakat terhadap peristiwa di masa depan," pungkasnya.
Seminar ini menjadi wadah bagi mahasiswa dan akademisi untuk memahami lebih dalam perkembangan peradaban Islam dalam konteks global maupun lokal, serta bagaimana Islam mampu beradaptasi dengan budaya setempat tanpa kehilangan esensi ajarannya.
Cari Blog Ini